Senin, 18 Mei 2020

Istiwa A'dhom (Persinggahan Utama)

Saat Matahari di atas Ka'Bah

Istiwa a’dhom atau Rashdul Kiblat adalah peristiwa Matahari berada tepat di atas Mekah, Saudi Arabia. Saat itu terjadi, maka arah ke Matahari akan sama dengan arah Kiblat, selama di lokasi tersebut Matahari terlihat. Peristiwa Istiwa a’doam atau Rashdul Kiblat dimanfaatkan oleh umat Islam untuk menentukan arah Kiblat berdasarkan observasi.

Untungnya menentukan arah kiblat dengan tepat itu tidak sulit. Tidak perlu alat canggih. Dengan berbekal sinar matahari, kita bisa menentukannya dengan amat teliti. Cara ini bahkan bisa lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan kompas yang sangat mudah terpengaruh dengan medan magnet di sekitarnya.
Kita juga bisa  mengukur arah Kiblat menggunakan ponsel . yakni menggunakan  app seperti Dioptra di Android atau Theodolite di iPhone. Bidik posisi Matahari menggunakan app tersebut dan app akan menampilkan arahnya yang ditampilkan dengan keterangan ‘azimuth’ atau ‘bearing’. Angka yang didapatkan adalah angka arah Kiblat yang valid dan seharusnya mendekati nilai resmi yang dikeluarkan Kementerian Agama atau lembaga agama lainnya.
Dalam satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah. Hal ini merupakan pengetahuan yang sudah tua umurnya. Namun sepertinya masyarakat awam tidak banyak yang mengetahui. Dalam bahasa arab disebut sebagai peristiwa Istiwa A’zham (Persinggahan Utama). Peristiwa ini juga disebut "rashdul qiblah".
Tahukah anda, jika anda hidup di wilayah indonesia dan sekitarnya, pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka’bah. Semakin jauh kita dari Ka’bah lencengan arah ini akan semakin besar. Jadi, sangat dianjurkan untuk setepat mungkin menentukan arah kiblat ini
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Artinya, semua orang yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana telah menghadapkan wajahnya ke kiblat. Atau jika kita melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis membelakangi arah kiblat.
Bagi yang di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli jam 16:27 WIB. Jadi, bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan lihat matahari (atau bayangannya).

Wilayah yang bisa melihat matahari saat di atas Ka'bah

Tidak semua wilayah bumi mengalami siang atau bisa melihat matahari pada saat ia berada tepat di atas Ka'bah. Berikut ini adalah gambar wilayah yang bisa melihat:


Peta wilayah dunia yang bisa melihat matahari di atas Ka’bah. Seluruh wilayah di benua Eropa, Afrika dan hampir seluruh Asia bisa melihat peristiwa ini.

Saat Matahari di Bawah Ka'bah

Selain itu terdapat 2 hari lain di mana matahari tepat di "balik" Ka'bah (antipoda). Titik antipoda Ka'bah ini berada pada koordinat -21.42253,-140.17382. Titik ini berada di tengah lautan di wilayah Polynesia, Perancis di Lautan Pasifik sebelah barat negara Cile. Saat matahari berada di atas titik tersebut, bayangan benda di tempat lain benar-benar mengarah ke Ka'bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 10 - 15 November 21:29 GMT (11 -16 November 4:29 WIB atau 6:29 WIT) dan 11 -15 Januari sekitar jam 21:29 GMT (12 - 16 Januari 4:29 WIB atau 6:29 WIT). Saat matahari di bawah Ka'bah ini cocok digunakan untuk mengecek arah kiblat bagi wilayah Indonesia Bagian Timur yang mungkin sudah masuk malam hari pada saat Istiwa A’dhom.


Peta wilayah dunia yang bisa melihat matahari di bawah Ka’bah pada tanggal 28 November, jam 6:09 WIT. Seluruh wilayah di benua Amerika Utara dan Selatan, Australia dan Papua bisa melihat peristiwa ini.
Menurut sumber yang ada peristiwa ini juga dapat digunakan untuk membuktikan bentuk Bumi, gunakanlah “peta Bumi datar” dan globe. Pada peta Bumi datar tariklah garis dari lokasi kita ke kota Mekah. Sedangkan untuk model Bumi bulat, tarik benang sepanjang permukaan globe antara Mekah dan lokasi kita. Kemudian hitung sudut keduanya dengan busur derajat.
Untuk lokasi di Indonesia, tak sulit untuk menyimpulkan bahwa arah Kiblat berdasarkan hasil perhitungan Bumi datar selalu melenceng sekitar 30°. Sedangkan kiblat hasil model Bumi bulat selalu konsisten sama dengan hasil observasi. Hal ini sudah cukup untuk membuktikan Bumi itu bulat, dan tidak datar seperti yang diklaim oleh kaum Bumi datar.

By : Keilmuan Jastro 19/20