Minggu, 05 Februari 2017

Warisan Astronom Muslim Abad Pertengahan (Bagian 2)

Berikut macam-macam warisan dan peningglan para astronom muslim pada abad ke-9 M dan abad ke-10 M, sebagai bukti sumbangan mereka terhadap peradaban dunia. Adapun beberapa warisan dari mereka tersebut antara lain :


1.      Peninggalan Al KHAWARIZMI
 
Patung Al-Khawarizmi
Al Khawarizmi dikenal sebagai ilmuwan muslim terkemuka dibidang algoritma pada abad ke-9 M, yang lebih populer saat ini dikenal sebagai pencetus embrio lahirnya ilmu komputer. Ternyata, beliau juga memiliki keahlian yang teramat istimewa dalam bidang astronomi. Perihal ini dibuktikan dengan :
·         Beliau memiliki tabel astronomis, yang bisa dimanfaatkan untuk bermacam keperluan perkembangan riset di bidang keilmuan astronomi, dan merupakan embrio (cikal bakal) berbagai macam keilmuan astronomi di era modern ini.
·         Beliau adalah ilmuwan pertama yang mengungkapkan bahwa bumi berotasi dengan sudut kemiringan sebesar 23,5 derajat terhadap bidang ekliptika.
 
Kemiringan Ekliptika Bumi
2.      Peninggalan IBNU YUNUS
 
Ilustrasi Ibnu-Yunus
Ibnu Yunus merupakan sosok ilmuwan muslim tangguh yang terlahir pada abad ke-10 M. Beliau merupakan ilmuwan muslim yang memiliki keahlian istimewa di bidang astronomi dan matematika. Sebagai astronom terkemuka dari Mesir pada abad ke-10 M, Ibnu Yunus yang merupakan suksesor dari Al Khawarizmi memiliki banyak warisan terhadap kemajuan peradaban dunia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa peninggalan beliau, sebagai bukti nyata hasil kerja kerasnya dalam memajukan keilmuan astronomi, antara lain :
A) Beliau memiliki banyak warisan tabel astronomis, yang saat ini masih tersimpan di sejumlah museum negara muslim di kawasan timur tengah, salah satunya di  Egyptian National Museum, Mesir. Beberapa tabel astronomis warisan beliau, antara lain :
·         Tabel nilai sinus untuk setiap menit busur (dengan ketentuan 1 menit busur = 1/60 derajat)
·         Tabel bintang yang menampilkan bujur (longitude) dan lintang (latitude) untuk 59 bintang dengan masing-masing bintang, diberi nama dengan nama tertentu, dengan waktu acuan (epoch) penelitian pada tahun 1032 M,
·         Tabel tentang azimuth sebagai fungsi ketinggian (altitude) matahari saat tepat berada di garis ekuator langit. Dalam hal ini, berarti posisi matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa bumi yang disebut dengan istilah equinox. Selain itu, beliau juga menyusun tabel tentang azimuth, yang berkaitan dengan posisi matahari pada titik paling utara dan paling selatan saat diamati dari permukaan bumi, yang disebut dengan istilah solstice. Dapat diambil kesimpulan dalam hal ini, bahwa equinox dan solstice, merupakan bagian dari siklus pergerakan semu matahari sepanjang tahun.
·         Tabel untuk menghitung lamanya waktu siang hari (length of daylight) berlangsung, yang pertama kali dikembangkan di Cairo. Sehingga, hasil penemuan beliau dapat dipakai, sebagai dasar untuk menentukan lenght of daylight, pada seluruh daerah diseluruh penjuru dunia.
B)  Ibnu Yunus merupakan ilmuwan pertama yang menemukan pendulum, dimana kiprah beliau sangat jauh mendahului Galileo Galilei, yaitu lebih kurang selama 600 tahun. Pendulum adalah sebuah instrumen tergantung yang terbuat dari logam dengan dibebani sebuah benda bermassa tertentu, yang dapat berayun secara berosilasi ke kiri dan ke kanan atau dalam arah kedepan dan ke belakang, dengan membentuk sudut ayunan tertentu. Selama pergerakannya, gerakan pendulum tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Sehingga, selama pergerakkannya pada titik tertentu dapat teramati terjadinya ayunan yang bersifat konstan. Pendulum pada dasarnya bergerak dibawah suatu pengaruh medan energi.
Ibn Yunus and The Pendulum
C)  Ibnu Yunus juga menyusun persamaan ketinggian dan bujur matahari terkait waktu dalam bentuk ( a(h, ) ), dimana dalam hal ini :
·         h sebagai fungsi ketinggian (altitude) matahari, dan sebagai bujur (longitude) matahari. Persamaan diatas dipergunakan oleh Ibnu Yunus dengan menggunakan nilai kemiringan sudut rotasi bumi terhadap bidang ekliptika sebesar 23,5 derajat, yang merupakan buah karya dari ilmuwan muslim sebelumnya, yaitu Al-Khawarizmi. Tabel fungsi waktu tersebut disusun untuk h = 1, 2, 3, …, 83 derajat, dan = 1, 2, …, 90 dan 181, 182, …, 270 derajat. Tabel tersebut cukup akurat, walaupun terdapat beberapa error untuk altitude yang sedikit besar. Ibnu Yunus juga menyusun tabel yang disebut Kitab as-Samt berupa azimuth matahari sebagai fungsi altitude dan longitude matahari untuk kota Kairo.
D)  Ibnu Yunus juga telah mampu menjelaskan fenomena pergerakkan berupa rotasi dan revolusi pada planet dan asteroid pada abad ke-10 M, termasuk 8 planet besar yang diketahui oleh para ilmuwan hingga saat ini, disamping sejumlah asteroid yang berjumlah sekitar 40 buah asteroid, yang ditelitinya pada saat itu. Selain itu, selama kiprahnya beliau juga telah menyaksikan dan menjelaskan fenomena gerhana bulan dalam catatan yang ditulisnya, dimana beliau telah mendokumentasikan sebanyak 30 kali kejadian gerhana bulan di daerah Mesir.
Asteroid
E)  Ibnu Yunus, juga merupakan seorang matematikawan islam besar yang memiliki karya yang sangat fenomenal dalam bidang trigonometri, yang terdokumentasi dalam buku yang berjudul al-Jiz al-Hakimi al-Kabir. Dimana, beliau memiliki keahlian istimewa dalam memecahkan persoalan, berupa pemecahan persamaan trigonometri yang sangat rumit, yang tidak mampu dipecahkan oleh kebanyakkan matematikawan pada saat itu di seluruh penjuru dunia. Suatu fakta yang lebih mengagumkan lagi, ternyata beliau memiliki kemampuan yang luar biasa istimewanya dalam mengaplikasikan ilmu trigonometri yang dikuasainya tersebut, untuk menguak segala macam fenomena pergerakkan benda antariksa yang berada di langit, yang masih menjadi rahasia pada saat itu. Dimana untuk perihal ini, sangat banyak dari ilmuwan di seluruh penjuru dunia yang tidak sanggup untuk melakukannya pada saat itu, baik dari kalangan astronom, maupun matematikawan.
 
Lembar dalam "Al-Aziz Al-Hakimi Al-Kabir"
Sehingga dari segala macam warisannya diatas, maka dapat dikatakan bahwa, Ibnu Yunus merupakan kontributor utama penyusun waktu di seluruh penjuru dunia. Dimana, hasil pemikiran beliau terpakai dalam pengembangan dunia IPTEK hingga saat ini.

Atas segala macam kiprahnya dalam dunia astronomi tersebut, maka secara sportif  International Astronomical Union (IAU), sebagai lembaga astronomi tertinggi di dunia yang beranggotakan semua negara di dunia. Memberikan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya kepada Ibnu Yunus, dengan nengabadikan nama beliau pada sebuah kawah di permukaan bulan. Sehingga, ada sebuah kawah di permukaan bulan yang bernama kawah Ibnu Yunus.

3.      Peninggalan HUSAIN HUSNI
 
Husain Husni
Husain Husni merupakan astronom Islam yang berasal dari Arab Saudi, yang berdomisili di kota Mekkah. Beliau memiliki warisan yang hampir sama dengan Ibnu Yunus, yaitu berupa tabel waktu sebagai fungsi altitude dan longitude matahari untuk latitude tertentu. Dalam hal ini, beliau mendokumentasikan kota Mekkah menunjukkan waktu altitude matahari 35 sampai dengan 65 derajat di timur dan barat.
   
4.      Sejumlah Peninggalan Peralatan (Instrumen) Astronom Islam
Terdapat beberapa instrumen peninggalan para astronom Islam, yang berhasil dihimpun dalam penelitian Prof. DR. David King, yang dituliskannya dalam bukunya tersebut, antara lain :
·         Ditemukannya Astrolabe, astrolabe adalah instrumen astronomi untuk menentukan waktu dan posisi : matahari, bintang, bulan dan planet. Meski astrolabe sudah dibuat para ilmuwan terdahulu sekitar abad ke-4 M. Namun, pengembangan dan peneyempurnaannya jauh lebih maju terjadi di dunia sains Islam, pada abad ke-9 M dan abad ke-10 M. Astrolabe tertua yang pernah dikenal saat ini berasal dari Iraq, yang diciptakan oleh para ilmuwan Islam pada akhir abad ke-10 M.
Astrolabe
·         Ditemukannya Quadrant, quadrant adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut sampai dengan 90 derajat. Terdapat empat jenis quadrant dalam astronomi Islam, yaitu quadrant sinus untuk menyelesaikan problem trigonometri, quadrant universal untuk menyelesaikan problem astronomi pada sembarang lintang, horary quadrant yang berkaitan dengan waktu dan matahari, serta astrolabe quadrant yang bersumber dari astrolabe.
Quadrant
·         Suatu hal yang paling menarik, ternyata penemu kompas sebagai petunjuk arah dan mata angin, adalah ilmuwan islam di bidang astronomi. Sebelum disempurnakan oleh ilmuwan suksesornya yang juga seorang ilmuwan muslim asal Uni Emirat Arab, Ibnu Majid, pada abad ke-15. Ibnu Majid adalah ilmuwan yang memiliki keahlian utama dibidang maritim. Beliau adalah salah satu sosok ilmuwan muslim tangguh, yang disegani dan dijuluki dengan ‘Singa Lautan’ oleh para ilmuwan sedunia (baik muslim maupun non-muslim) dimasa-masa kejayaannya.
 
Compass
==========================================================================

Masih banyak warisan ilmuwan astronom muslim pada masa-masa keemasan umat Islam. Berdasarkan kepada hasil dokumentasi penelitian dari para ilmuwan dari negeri Eropa selain Prof. DR. David King, seperti dari dokumentasi ahli sejarah dari Utrecht University Belanda, yaitu DR. Edward Stewart Kennedy dan DR. Jan P. Hoogendijk. Serta para ilmuwan sejarah lainnya, yang telah melakukan penelitian terkait dengan peninggalan para syuhada cendikiawan muslim yang berkecimpung di dunia astronomi ini. Dimana, segala hasil penelitian mereka laksana emas dan permata hilang yang telah kembali ditemukan, bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia.

Penulis : Venus Juanda_DKJ_JASTRO 16/17

Jumat, 03 Februari 2017

Warisan Astronom Muslim Abad Pertengahan (Bagian 1)

George Sarton, seorang penulis History of Science, membagi tiap abad dalam selang waktu 50 tahun dan mengaitkan masing-masing periode tersebut dengan tokoh ilmuwan yang paling menonjol dalam selang waktu tersebut. Tampak dalam tulisannya selama 350 tahun (3,5 abad) sains dimonopoli oleh ilmuwan islam berkebangsaan Arab, Turki, Afghanistan dan Persia. Dimana mereka adalah para ilmuwan diberbagai bidang ilmu sains salah satunya astronomi, diantara keilmuan sains lain seperti matematika, kedokteran, fisika, biologi, geografi dan kimia. Walaupun banyak diantara peninggalan mereka yang telah hilang hingga saat ini. Namun, masih ada yang masih tersisa yang dapat kita lihat sebagai warisan dari peninggalan mereka. Salah satu yang masih tertinggal tersebut di bidang astronomi, sebagai bukti yang menunjukkan keberadaan dan kejayaan sinar mereka dalam percaturan dunia sains.

 
Masa Kejayaan Muslim dalam Sains
Sumbangan yang diberikan ilmuwan muslim di bidang astronomi pada abad pertengahan atau di masa-masa kejayaan Islam sangat besar. Sejak ajaran Islam datang, tegak dan tersiar ke seluruh penjuru dunia, ilmu astronomi turut berkembang. Ilmu astronomi memiliki korelasi yang erat dengan ilmu hisab, yang berkaitan dengan ibadah utama dalam rukun islam, seperti  shalat, puasa dan haji. Tanpa ilmu hisab, akan mustahil bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia dapat mengetahui kapan datangnya waktu shalat, awal dan akhir bulan suci Ramadhan, datangnya hari raya Idul Adha, dan sebagainya.
 
Prof DR. David King
Suatu studi penelitian sejarah tentang peninggalan para astronom islam, pernah dilakukan oleh pakar sejarah dari Frakfurt University Jerman bernama Prof. DR. David King. Beliau mendokumentasikan penelitiannya dalam sebuah buku karangannya berjudul “IN SYNCHRONY WITH THE HEAVENS: Studies in Astronomical Time Keeping and Instrumentation in Medieval Islamic Civilization”. Buku beliau terbit dalam dua jilid yaitu :
o   Jilid I berjudul “The Call of the Muezzin”
o   Jilid II berjudul “Instruments of Mass Calculation”
 
" The Call of The Muezzin "
" Instruments of Mass Calculation "

Secara sportif dan tidak melakukan perang pemikiran kepada umat Islam, pada kedua jilid buku tersebut diulas tentang warisan sumbangan para ilmuwan muslim terhadap kemajuan dunia Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) dibidang keilmuan astronomi, pada masa-masa keemasan umat. Semua isi buku tersebut ditulis beliau, berdasarkan kepada fakta-fakta yang ada di lapangan, tanpa dilebih-lebihkan dan tanpa dikurang-kurangkan. Sehingga, tampaklah betapa besarnya sumbangan para astronom Islam pada saat itu, untuk peradaban dunia.

Pada Jilid I dan Jilid II dari buku tersebut dengan ketebalan lebih kurang setebal 1 000 halaman dijelaskan beberapa warisan para astronom dari berbagai negeri, pada abad ke-9 M dan abad ke-10 M yaitu Spanyol, Arab Saudi, Yaman, Syiria, Mesir, Maroko, Tunisia, Uzbekistan, Turki, Palestina, Iraq dan Iran. Disamping itu, pada buku tersebut juga disajikan nama-nama para ilmuwan Islam yang telah berkiprah sebagai astronom pada masa-masa tersebut. Mereka tersebut, antara lain : 

Ø  Mesir - (Ibnu Yunus, Al Kutubi, Najmuddin Al-Mishri, Ridwan Efendi)
Ø  Syiria - (Al Khalili, Al Tanthawi, Al Battani, Al Mizzi, Syihabuddin Al Halabi, Abdullah Al Halabi)
Ø  Spanyol - (Az-Zarqali)
Ø  Turki - (Ahmad Efendi, Shalih Efendi, Taqi Al Din, Muhammad Ibnu Katib Sinan )
Ø  Palestina - (Al Karaki )
Ø  Arab Saudi - (Husain Husni )
Ø  Iraq - (Al Khwarizmi, Ali Ibnu Amajur, Habash )
Ø  Maroko - (Muhyiddin Al Maghribi )
Ø  Yaman - (Abu Al Uqul, Ibnu Dair )
Ø  Tunisia - (Sa’id Ibnu Khafif )
Ø  Uzbekistan (Husain Qus’a )
Ø  Iran (Nasir Al Din Al Tusi ), 

Perbedaan antara Jilid I dan Jilid II secara detail dari buku karangan Prof. DR. David King tersebut, terdapat pada isi uraian pada masing-masing buku tersebut. Pada Jilid I isinya membahas mengenai peninggalan karya-karya astronom muslim pada abad ke-9 M dan ke-10 M, dari berbagai belahan negeri Timur Tengah, seperti negeri Hijaz (Arab Saudi), Yaman, Maghribi (Afrika Utara), Iraq, Syria, Palestina dan Mesir. Peninggalan para astronom tersebut berupa table- tabel waktu shalat wajib 5 waktu yaitu :

§  Tabel ketinggian (altitude) dan bujur ekliptika (longitude) matahari untuk lintang geografik (latitude) tertentu
§  Tabel untuk mendokumentasikan ketinggian bintang (stellar), tabel azimuth matahari, yang berasal dari sudut pengamatan tertentu dari 0 derajat menuju matahari sebagai titik sasaran pengamatan dari suatu wilayah dipermukaan bumi
§  Tabel deklinasi (declination) matahari; table untuk ketinggian pusat bola matahari
§  Tabel untuk menghitung lama waktu di siang hari pada suatu wilayah dipermukaan bumi, dalam selang waktu setahun
§  Tabel untuk menentukan waktu twilight ragam empat musim yang terjadi di bumi (panas, dingin, semi dan hujan). 

Dalam buku tersebut, juga disajikan perihal lain berupa :
ü  Peran astronom profesional pada institusi keagamaan untuk kelancaran kegiatan keagamaan dalam masyarakat Islam pada saat itu
ü  Sumbangan para astronom Syria dan Mesir berupa solusi pemecahan problem astronomi secara universal
ü  Orientasi seni arsitektur bangunan Islam berkaitan dengan keilmuwan astronomi
ü  Peta dunia yang berpusat di kota Mekkah, dan lain-lain. 

Pada Jilid II banyak menyajikan informasi tentang macam beragam alat astronomi yang digunakan oleh para astronom Islam pada saat itu, seperti : astrolabe, quadrant, sundial, equatoria, kompas magnetik, pendulum dan lain-lain.

Bersambung ...
(Silahkan baca Bagian 2)